A. Water Treatment
Water Treatment
adalah sebuah system yang difungsikan untuk mengolah air dari kualitas
air baku (influent) yang kurang bagus agar mendapatkan kualitas air pengolahan
(effluent) standart yang di inginkan/ditentukan atau siap untuk di
konsumsi.(Rondy Teknik).
Masalah limbah,terutama limbah cair dewasa ini telah
menjadi persoalan tersendiri seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup
manusia.Peningkatan produksi limbah baik yang berasal dari sektor pertambangan,
pertanian maupun perkotaan (rumah tangga) harus dikelola ekstra hati-hati
sehingga tidak menimbulkan dampak lingkungan.
Hukum Bernoulli
menyatakan ”bahwa tekanan dari fluida yang bergerak seperti udara berkurang
ketika fluida tersebut bergerak lebih cepat”. Dalam bentuk sudah
disederhanakan, secara umum tredapat dua bentuk persamaan Bernoulli yaitu
persamaan untuk aliran yang tak termampatkan (incompressible flow), dan
persamaan untuk fluida termampatkan (compressible flow).
a). Aliran
tak termampatkan
Aliran tak termampatkan adalah aliran fluida yang
dicirikan dengan tidak berubahnya
besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut. Contoh fluida tak termampatkan adalah air, berbagai jenis minyak,
emulsi, dll. Bentuk persamaan Bernoulli untuk aliran tak termampatkan adalah
sebagai berikut:
P + rgh + rv2 = konstan
Dimana : P =
Tekanan Fluida
r= Densitas
(massa) fluida
g =Percepatan gravitasi bumi
h =
ketinggian relatif terhadap suatu referensi
v=kecepatan
fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak termampatkan dengan
asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Aliran
bersifat tunak (steady state)
2. Tidak
terdapat gesekan (inviscid)
Dalam bentuk lain, persamaan Bernoulli dapat dituliskan:
P1 + rgh1
+ rv21 =P2 + rgh2
+ rv2
b). Aliran
termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan
dengan berubahnya besaran kerapatan massa dari fluida disepanjang aliran fluida
tersebut. Contoh fluida termampatkan adalah udara, gas alam, dll. Persamaan
Bernoulli untuk aliran termampatkan yaitu:
+ F + w = konstan
Dimana:
F = energi potensial gravitasi
persatuan massa;
Jika
gravitasi konstan maka,
F = gh
w = entalphi
fluida per satuan massa
B. Destilasi Air Laut
Destilasi merupakan proses pemisahan yang berdasarkan
perbedaan titik didih dari komponen-komponen yang akan dipisahkan. Destilasi
sering digunakan dalam proses isolasi komponen, pemekatan larutan, dan juga
pemurnian komponen cair. Proses distilasi di dahului
dengan penguapan senyawa cair dengan pemanasan, dilanjutkan dengan pengembunan
uap yang terbentuk dan ditampung dalam wadah yang terpisah untuk mendapatkan
distilat.
Dasar proses destilasi adalah kesetimbangan senyawa
volatil antara fasa cair dan fasa uap. Bila zat nonvolatil dilarutkan kedalam suatu zat cair,
maka tekanan uap zat cair tersebut akan turun. Pada larutan yang mengandung dua komponen volatil
yang dapat bercampur sempurna, maka tekanan uap masing-masing komponen akan
turun. Hukum Raoult menyatakan bahwa tekanan uap masing-masing komponen
berbanding langsung dengan fraksi molnya (Yasin ,H,2009).
Metode flash evaporation merupakan salah satu metode
penguapan air laut secara cepat dalam tabung evaporasi melalui proses
throttling. Flashing terjadi ketika kondisi cairan sekeliling berubah secara
tiba-tiba menjadi lebih rendah dari pada kondisi
jenuhnya akibat perubahan tekanan dan temperatur. Metode flashing ini akan
menghasilkan uap jauh lebih banyak dari pada proses
penguapan sederhana lainnya. Penomena flasing ini mengakibatkan turbulensi pada aliran fluida sehingga terbentuk laju
perpindahan massa yang
tinggi yang kemudian mengalami pendinginan cairan (Johana, 2004).
Proses penguapan memerlukan suatu sumber panas yang
cukup untuk mengubah fase cair air laut menjadi uap jenuh didalam suatu
medium. Sumber panas tersebut dapat diperoleh dari panas matahari melalui suatu kolektor atau melalui pembakaran bahan bakar. (Humoeditomo, 2009).
C. Solar Cooker
Kompor tenaga surya (solar cooker) adalah perangkat masak yang menggunakan sinar matahari
sebagai sumber energi. Berhubung kompor jenis ini tidak menggunakan bahan bakar
konvensional dan biaya operasinya rendah, organisasi kemanusiaan mempromosikan
penggunaannya ke seluruh dunia untuk mengurangi penggundulan hutan dan
penggurunan, yang disebabkan oleh penggunaan kayu sebagai bahan bakar untuk
memasak. Kompor surya dapat digunakan di luar rumah, terutama dalam situasi
ketika konsumsi bahan bakar minimal atau resiko kebakaran menjadi pertimbangan
penting. Ada berbagai jenis kompor surya. Semuanya menggunakan panas dari dan
cahaya matahari untuk memasak makanan.
Beberapa prinsip dasar kompor surya (solar cooker) adalah sebagai berikut: Pemusatan cahaya matahari.
Beberapa perangkat, biasanya berupa cermin atau sejenis bahan metal/logam yang
memantulkan cahaya, digunakan untuk memusatkan cahaya dan panas matahari ke
arah area memasak yang kecil, membuat energi lebih terkonsentrasi dan lebih
berpotensi menghasilkan panas yang cukup untuk memasak. Mengubah cahaya menjadi
panas. Bagian dalam kompor surya dan panci, dari bahan apapun asal
yang berwarna hitam, dapat meningkatkan efektivitas pengubahan cahaya menjadi
panas. Panci berwarna hitam dapat menyerap hampir semua cahaya matahari dan
mengubahnya menjadi panas, secara mendasar meningkatkan efektivitas kerja
kompor surya.
Upaya mengisolasi udara di dalam box karena udara di luarnya akan menjadi penting. Penggunaan bahan yang keras dan
bening seperti kantong plastik atau tutup panci berbahan kaca memungkinkan
cahaya untuk masuk ke dalam panci. Setelah cahaya terserap dan berubah jadi
panas, kantong plastik atau tutup berbahan gelas akan memerangkap panas di
dalamnya seperti efek rumah kaca. Hal ini memungkinkan wadah untuk mencapai temperatur yang sama ketika hari dingin dan berangin
seperti halnya ketika hari cerah dan panas. Strategi memanaskan suatu barang
dengan menggunakan tenaga matahari menjadi kurang efektif jika hanya
menggunakan salah satu prinsip tersebut di atas.
Pada umumnya solar cooker menggunakan
sedikitnya dua cara atau bahkan ketiga prinsip dasar solar cooker untuk menghasilkan temperatur yang cukup untuk
memasak. Terlepas dari kebutuhan akan adanya cahaya matahari dan kebutuhan
untuk menempatkan solar cooker pada posisi
yang tepat sebelum menggunakannya, kompor ini tidak berbeda jauh dengan kompor
konvensional. Namun demikian, salah satu kerugiannya adalah karena kompor surya
umumnya mematangkan makanan pada saat hari panas, ketika orang-orang cenderung
enggan memakan makanan yang panas. Bagaimanapun, penggunaan panci tebal yang
lambat menghantarkan panas (seperti panci dari besi tuang/cor) dapat mengurangi
kecepatan hilangnya panas dan dengan menggabungkannya dengan penggunaan
pengisolasi panas, kompor dapat tetap menghangatkan makanan sampai malam hari.
Penutup kompor biasanya dapat dibuka untuk menempatkan
panci ke dalamnya. Kotak kompor umumnya mempunyai satu atau lebih pemantul
cahaya dari bahan kertas alumunium atau bahan reflektif lainnya untuk
memantulkan lebih banyak cahaya ke bagian dalam kotak. Panci pemasak dan bagian
dalam bawah kompor sebaiknya berwarna gelap atau hitam. Dinding bagian dalam
kompor harus dapat memantulkan cahaya untuk mengurangi hilangnya panas dan
mengarahkan pantulan cahaya ke arah panci dan dasar kompor yang berwarna gelap
yang bersentuhan langsung dengan panci.
D. Kincir Angin
Kincir angin merupakan sumber energi
alternatif yang ramah lingkungan. Kincir angin adalah teknologi energi yang
paling cepat perkembangannya di dunia. Hampir tiga
perempat kapasitas instalasi energi angin berada di Eropa. Energi ini telah
memenuhi kebutuhan listrik 35 juta rumah tangga Eropa. Kini turbin
angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat,
dengan menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya alam
yang dapat diperbaharui yaitu angin.
Walaupun sampai saat ini pembangunan
turbin angin masih belum dapat menyaingi pembangkit listrik konvensonal
(Contoh: PLTD,PLTU,dll), turbin angin masih lebih dikembangkan oleh para ilmuwan
karena dalam waktu dekat manusia akan dihadapkan dengan masalah kekurangan
sumber daya alam tak terbaharui (Contoh : batu bara, minyak
bumi) sebagai bahan dasar untuk membangkitkan listrik.
Perhitungan daya yang dapat
dihasilkan oleh sebuah turbin angin dengan diameter kipas r adalah :
E.
dimana :
P = kerapatan
angin pada waktu tertentu
V = kecepatan
angin pada waktu tertentu.
Umumnya daya efektif yang dapat diperoleh oleh sebuah turbin angin hanya sebesar 20%-30%. Jadi rumus di atas dapat
dikalikan dengan 0,2 atau 0,3 untuk mendapatkan hasil yang cukup eksak. Prinsip
dasar kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin menjadi
energi putar pada kincir, lalu putaran kincir digunakan untuk memutar
generator, yang akhirnya akan menghasilkan listrik.
F.
Em = Ek +
Ep
Keterangan:
Em : Energi
Mekanik (J)
Ek : Energi
Kinetik (J)
Ep : Energi
Potensial (J)
E. Solar Panel
Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah divais yang mampu
mengkonversi langsung cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa disebut
sebagai pemeran utama untuk memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya
matahari yang sampai ke bumi, walaupun selain dipergunakan
untuk menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa dimaksimalkan energi
panasnya melalui sistem solar thermal.
Sel surya dapat dianalogikan sebagai divais dengan dua terminal atau
sambungan, dimana saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti
dioda, dan saat disinari dengan cahaya matahari dapat menghasilkan
tegangan.
Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial menghasilkan tegangan dc
sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam skala milliampere
per cm2. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai
aplikasi, sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk
modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total
menghasilkan tegangan dc sebesar 12 V dalam kondisi penyinaran standar (Air
Mass 1.5). Modul surya tersebut bisa digabungkan secara paralel atau seri untuk
memperbesar total tegangan dan arus outputnya sesuai dengan daya yang
dibutuhkan untuk aplikasi tertentu.
II.2.
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
Teknologi tepat guna adalah teknologi yang digunakan sesuai situasi dan
kondisi suatu daerah (tepat guna). Pada daerah Campus 2 Universitas
Cokroaminoto Palopo (UNCP), teknologi yang tepat untuk dibangun pada daerah
tersebut yaitu Kincir Angin, karna adanya faktor lingkungan yang mendukung
seperti laut dan empang yang berdekatan dengan kampus Universitas Cokroaminito
Palopo ini, sehingga setiap harinya memiliki udara angin yang termasuk lebih
banyak di banding daerah lainnya.
II.3.
BAHAN / ALAT YANG DITELITI
A. Water Treatment
Gambar IV.2
Bagian-Bagian Destilasi Water Treatment
1.
Bak
Control
Mengontrol sisa-sisa
makanan dari restaurant
2.
Westafel
Tempat pembuangan
limbah cair
3.
Pipa
Mengalirkan limbah
4.
Kolam
Zikzak
Memperpanjang alur
aliran limbah
5.
Pasir
Mengendapkan bahan
pencemar atau bahan kimia hasil pembuangan restaurant
6.
Arang
Mengendapkan bahan pencemar
atau bahan kimia hasil pembuangan restaurant
7.
Kerikil
Mengendapkan bahan
pencemar atau bahan kimia hasil pembuangan restaurant
8.
Eceng
Gondok
Menyaring zat-zat kimia
9.
Air
Untuk kehidupan organisme dalam air
B. Destilasi Air Laut
Gambar IV.2
Bagian-Bagian Destilasi Air Laut
1.
Drum
Menyimpan panas
2.
Thermometer
Untuk
mengetahui kondisi panas dalam piramida
3.
Talang
Mengalirkan
air hasil uapan
4.
Bak
-
Menampung air laut
-
Menampung air tawar
5.
Kaca
Menangkap sinar matahari diubah menjadi energy panas
C. Solar Cooker
Gambar IV.3
Bagian-Bagian Solar Cooker
|
1. Oven
Kotak atau box yang akan di gunakan untuk menaruh
panici didalamnya (tempat memasak)
2. Panci Hitam
Tempat untuk memasak makanan mentah menjadi masakan
yang siap dimakan.
3.
Kaca
Menangkap sinar matahari diubah
menjadi energy panas
4.
Cermin
Menantulkan
sinar matahari kedalam oven atau boz
D. Kincir Angin
Gambar IV.4
|
Gambar IV.5
Bagian-Bagian Kincir Angin
1. Blades
Kebanyakan turbin baik dua atau tiga pisau. Angin
bertiup di atas menyebabkan pisau pisau untuk mengangkat dan berputar.
2. Rotor
Pisau dan
terhubung bersama-sama disebut rotor
3. Pitch
Blades yang
berbalik, atau nada, dari angin untuk mengontrol kecepatan rotor dan menjaga
rotor berputar dalam angin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk
menghasilkan listrik.
4. Brake
Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah
gearbox agar bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini
perlu dipasang karena generator memiliki titik kerja aman dalam
pengoperasiannya. Generator ini akan menghasilkan energi listrik maksimal pada
saat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan. Kehadiran angin diluar
diguaan akan menyebabkan putaran yang cukup cepat pada poros generator,
sehingga jika tidak diatasi maka putaran ini dapat merusak generator. Dampak
dari kerusakan akibat putaran berlebih diantaranya overheat, rotor breakdown,
kawat pada generator putus karena tidak dapat menahan arus yang cukup besar.
5. Low-Speed Shaft
Mengubah poros rotor kecepatan rendah sekitar 30-60
rotasi per menit.
6. Gear Box
Gears menghubungkan poros kecepatan tinggi di poros
kecepatan rendah dan meningkatkan kecepatan sekitar 30-60 rotasi per menit
(rpm), sekitar 1000-1800 rpm, kecepatan rotasi yang diperlukan oleh sebagian
besar generator untuk menghasilkan listrik. gearbox adalah bagian mahal (dan
berat) dari turbin angin dan insinyur generator mengeksplorasi direct-drive
yang beroperasi pada kecepatan rotasi yang lebih rendah dan tidak perlu kotak
gigi.
7. Generator
Berfungsi mengkonversi energi putar
menjadi energi listrik. Ada berbagai jenis generator yang dapat digunakan
dalam sistem turbin angin, antara lain generator serempak (synchronous
generator), generator tak-serempak (unsynchronous generator), rotor
sangkar maupun rotor belitan ataupun generator magnet permanen.
Penggunaan
generator serempak memudahkan kita untuk mengatur tegangan dan frekuensi
keluaran generator dengan cara mengatur-atur arus medan dari generator.
Sayangnya penggunaan generator serempak jarang diaplikasikan karena biayanya
yang mahal, membutuhkan arus penguat dan membutuhkan sistem kontrol yang rumit.
Generator
tak-serempak sering digunakan untuk sistem turbin angin dan sistem mikrohidro,
baik untuk sistem fixed-speed maupun sistem variable speed.
8. Controller
Pengontrol mesin mulai dengan kecepatan angin sekitar
8-16 mil per jam (mph) dan menutup mesin turbin sekitar 55 mph. tidak
beroperasi pada kecepatan angin sekitar 55 mph di atas, karena dapat rusak
karena angin yang kencang.
9.
Anemometer
Mengukur kecepatan angin dan mengirimkan data
kecepatan angin ke pengontrol.
10. Wind Vane
Tindakan arah angin dan
berkomunikasi dengan yaw drive untuk menggerakkan turbin dengan koneksi yang
benar dengan angin.
11. Nacelle
Nacelle berada di atas menara dan berisi gear box,
poros kecepatan rendah dan tinggi, generator, kontrol dan rem.
12. High-Speed Shaft
Drive generator. Poros yang berhubungan langsung
dengan rotor generator.
13. Yaw Drive
Yaw drive yang digunakan untuk menjaga rotor menghadap
ke arah angin sebagai perubahan arah angin.
14. Yaw Motor
Kekuatan
dari drive yaw.
15. Tower
15. Tower
Menara yang terbuat dari baja tabung, beton atau kisi
baja. Karena kecepatan angin meningkat dengan tinggi, menara tinggi
memungkinkan turbin untuk menangkap lebih banyak energi dan menghasilkan
listrik lebih banyak. Tower PLTB dapat dibedakan menjadi 3 jenis seperti gambar
dibawah ini. Setiap jenis tower memiliki karakteristik masing-masing dalam hal
biaya, perawatan, efisiensinya, ataupun dari segi kesusahan dalam pembuatannya.
E. Solar Panel
Gambar IV.6
Gambar IV.7
Komponen-Komponen PLTS
|
1.
Sol ar Panel / Panel
Surya :
Alat untuk
mengkonversi energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Sebuah sel surya
dapat menghasilkan tegangan kurang lebih 0.5 volt. Jadi sebuah panel surya /
solar cell 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel.
2.
Charge Controller :
Alat untuk
mengatur arus dan tegangan yang akan masuk ke baterai. Tegangan dan arus yang
masuk ke baterai harus sesuai dengan yang diinginkan. Bila lebih besar atau
lebih kecil dari range yang ditentukan, maka baterai atau peralatan yang lain
akan mengalami kerusakan. Selain itu, charge controller juga berfungsi sebagai
penjaga agar daya keluaran yang dihasilkan tetap optimal. Sehingga dapat
tercapai Maximum Power Point Tracking (MPPT).
Charge controller secara umum
melindungi dari gangguan-gangguan seperti diterangkan berikut :
3. LVD (Low voltage disconnect)
apabila tegangan dalam battery rendah, ~11.2
V, maka untuk sementara beban tidak dapat dinyalakan. Apabila
tegangan battery sudah melewati 12V, setelah di charge oleh modul surya, maka
beban akan otomatis dapat dinyalakan lagi (reconnect).
4. HVD (High Voltage disconnect)
Memutus listrik dari modul surya jika battery/accu
sudah penuh. Listrik dari modul surya akan dimasukkan kembali ke battery jika
voltage battery kembali turun.
5. Short circuit protection
Menggunakan electronic fuse (sekering) sehingga
tidak memerlukan fuse pengganti. Berfungsi untuk melindungi sistem PLTS apabila
terjadi arus hubung singkat baik di modul surya maupun pada beban. Apabila
terjadi short circuit maka jalur ke beban akan dimatikan sementara, dalam beberapa
detik akan otomatis menyambung kembali.
6. Reverse Polarity
Melindungi dari kesalahan pemasangan kutub (+) atau
(-).
7. Reverse Current
Melindungi agar listrik dari baterai atau aki tidak
mengalir ke modul surya pada malam hari.
8. PV Voltage Spike
Melindungi tegangan tinggi dari modul pada saat
baterai tidak disambungkan ke controller.
9. Lightning Protection,
Melindungi
terhadap sambaran petir (s/d 20,000 volt).
10. Inverter
Alat
elektronika daya yang dapat mengkonversi tegangan searah (DC – direct
current) menjadi tegangan bolak-balik (AC – alternating current).
11. Baterai
Perangkat
kimia untuk menyimpan tenaga listrik dari tenaga surya. Tanpa baterai, energi
surya hanya dapat digunakan pada saat ada sinar matahari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar