Selasa, 27 Oktober 2015

Kecelakaan Akibat Kelalaian Reaktor Nuklir



Nama : Salnira
Nim     : 1203408012
Tugas  : Fisika Energi
 


KECELAKAAN AKIBAT KELALAIAN REACTOR NUKLIR

Chernobyl
Reaktor Chernobyl jenis RBMK didirikan di atas tanah rawa di sebelah Utara Ukraina, sekitar 80 mil sebelah utara Kiev. Reaktor unit 1 mulai beroperasi pada 1977, unit 2 pada 1978, unit 3 pada 1981, dan unit 4 pada 1983. Sebuah kota kecil, Pripyat, dibangun dekat PLTN Chernobyl untuk tempat tinggal pekerja pembangkit itu dan keluarganya.
Tipe PLTN Chernobyl dirancang untuk menghasilkan “plutonium” guna pembuatan senjata nuklir serta listrik. Tipe PLTN berfungsi ganda seperti ini tidak ada di negara-negara Barat, seperti, AS dan Prancis yang merupakan negara pioner PLTN di samping Uni Soviet (pada waktu itu) sebagai pioner pertama.

Deskripsi Bencana
Bencana Chernobyl adalah kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah. Pada hari Sabtu 26 April 1986 dini hari sebuah reaktor nuklir unit 4 jenis RBMK-1000 mengalami kecelakaan. Pada malam terjadinya kecelakaan, reaktor unit 4 sebenarnya sedang dipadamkan (shutdown) dalam rangka perawatan rutin. Pada waktu yang sama operator bermaksud menguji prosedur keselamatan reaktor. Uji keselamatan ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah turbin generator yang melambat masih menghasilkan daya yang cukup untuk menjalankan pompa pendingin sampai generator diesel darurat dihidupkan. Untuk itu, rencananya reaktor akan dioperasikan pada tingkat daya 30 % dari daya maksimalnya, tetapi kelewatan sehingga turun sampai 10 %. Untuk menaikkannya lagi sampai tingkat daya 30 % operator melakukan kesalahan kritis dengan menarik batang kendali, akibatnya uap pun bertambah. Sayangnya, RBMK-1000 memiliki cacat desain dimana operasi pada tingkat daya rendah (10 %) tidak stabil.
Pertambahan uap tak terduga akan menaikkan daya, dan kenaikan daya akan menambah uap lebih banyak lagi, dan seterusnya dan seterusnya. Pukul 01.23 dan 40 detik dinihari 26 April 1986, menyadari keadaan gawat, operator lantas menekan tombol untuk mengaktifkan sistem proteksi atomatis, tetapi percuma sebab sudah terlambat. Dalam 3 atau 4 detik, produksi daya melonjak samapi 100 kali tingkat daya maksimum normalnya, dan suhu teras pun meningkat tajam. Akibatnya terjadi dua kali ledakan dahsyat yang menghancurkan gedung reaktor. Usaha mati-matian untuk memadamkan api tidak banyak berarti. Ratusan ton grafit dalam reaktor terbakar selama 10 hari. Kebakaran melambungkan gas-gas dan partikel radioaktif ke atmosfer sehingga Swiss, Jerman, Turki bahkan Amerika Serikat dan Jepang pun radiasinya tercatat. Diantaranya yang berbahaya adalah Yodium-131, Strontium-90 dan Cesium-137. Operator yang bertugas saat itu pun akhirnya ditahan.

Penyebab Umum
Kecelakaan PLTN Chernobyl masuk level ke-7 (level paling atas) yang disebut major accident, sesuai dengan kriteria yang ditentukan INES (The International Nuclear Event Scale). Di samping karena kesalahan operator yang mengoperasikannya di luar SOP (standard operation procedure), PLTN Chernobyl juga tidak memenuhi standar desain sebagaimana yang ditentukan oleh IAEA (International Atomic Energy Agency). PLTN Chernobyl tidak mempunyai kungkungan reaktor sebagai salah satu persyaratan untuk menjamin keselamatan jika terjadi kebocoran radiasi dari reaktor. Apabila PLTN Chernobyl memiliki kungkungan maka walaupun terjadi ledakan kemungkinan radiasi tidak akan keluar ke mana-mana, tetapi terlindung oleh kungkungan. Atau bila terjadi kebocoran tidak separah dibandingkan dengan tidak memiliki kungkungan.
Selain itu, UNSCEAR (United Nation Scientific Committee on Effects of Atomic Radiation) (A/AC/82/R.469, 1988) juga meyebutkan bahwa penyebab kecelakaan Chernobyl adalah struktur dan sifat reaktor yang tidak sesuai dengan jenisnya, selain itu juga ketidaksempurnaan operasi reaktor, para operator pun dengan sengaja melanggar prosedur, dan tidak adanya prosedur tertulis yang memadai.

Penyebab Rinci
Secara rinci, kecelakaan Chernobyl disebabkan oleh:
1.      Desain reaktor, yakni tidak stabil pada daya rendah, daya reaktor bisa naik cepat tanpa dapat dikendalikan. Tidak mempunyai kungkungan reaktor (containment). Akibatnya, setiap kebocoran radiasi dari reaktor langsung ke udara.
2.      Pelanggaran prosedur. Ketika pekerjaan tes dilakukan hanya delapan batang kendali reaktor yang dipakai, yang semestinya minimal 30, agar reaktor tetap terkontrol. Sistem pendingin darurat reaktor dimatikan. Tes dilakukan tanpa memberitahukan kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap operasi reaktor. Namun selain itu prosedur tertulis pun kurang memadai.
3.      Budaya keselamatan. Pengusaha instalasi tidak memiliki budaya keselamatan, tidak mampu memperbaiki kelemahan desain yang sudah diketahui sebelum kecelakaan terjadi.

Dampak
Jumlah radioaktivitas yang dilepaskan reaktor Chernobyl, menurut angka yng diberitakan oleh pejabat Uni Soviet, adalah sebesar 90 juta Curie. Korban pertama berjumlah 187 orang yang menderita radiasi akut, dan 31 diantaranya meninggal. Kebanyakan dari mereka adalah petugas pemadam kebakaran.
Intensitas radiasi gamma di sekitar lokasi mencapai lebih dari 100 rontgen per jam (angka ini bisa mengakibatkan dosis radiasi ratusan kali dari dosis aman, sebagaimana ketentuan dari Komisi Proteksi Radiasi Internasional, ICRP). Paling besar di atas atap bangunan reaktor yang mencapai 100.000 rontgen per jam. Bandingkan dengan paparan radiasi alamiah (dari radiasi kosmik dan zat radioaktif di sekitar kita dan di dalam tubuh) 0,2 rontgen per tahun. Dan dosis radiasi sinar-X 0,1 sampai 2 rontgen tiap kali foto. Dan lebih dari 260.000 km persegi (berarti 2 kali luas pulau Jawa) wilayah di Ukraine, Rusia dan Belarusia terkontaminasi Cesium-137 lebih dari 1-curie per kilometre persegi.
Pada 2003, IAEA membentuk “Forum Chernobyl” bekerja sama dengan organisasi PBB lainnya, seperti WHO, UNDP, ENEP, UN-OCHA, UN-SCEAR, Bank Dunia dan ketiga pemerintahan Belarusia, Ukraina, dan Rusia. Forum ini bekerja untuk menjawab pertanyaan, “sejauh mana dampak kecelakaan ini terhadap kesehatan, lingkungan hidup dan sosial ekonomi kawasan beserta penduduknya.” Laporan ini diberi nama “Chernobyl Legacy”.
Data sampai dengan 2006, jumlah korban yang meninggal 56 orang, di mana 28 orang (para likuidator terdiri dari staf PLTN, tenaga konstruksi, dan pemadam kebakaran) meninggal pada 3 bulan pertama setelah kecelakaan, 19 orang meninggal 8 tahun kemudian, dan 9 anak lainnya meninggal karena kanker kelenjar gondok.
Sebanyak 350.000 likuidator yang terlibat dalam proses pembersihan daerah PLTN yang kena bencana, serta 5 juta orang yang saat itu tinggal di Belarusia, Ukraina, dan Rusia, yang terkena kontaminasi zat radioaktif dan 100.000 di antaranya tinggal di daerah yang dikategorikan sebagai daerah strict control, ternyata mendapat radiasi seluruh badan sebanding dengan tingkat radiasi alam, serta tidak ditemukan dampak terhadap kesuburan atau bentuk-bentuk anomali.
Kemudian pada 1992-2002 tercatat 4.000 kasus kanker kelenjar gondok yang terobservasi di Belarusia, Ukraina, dan Rusia pada anak-anak dan remaja 0-18 tahun ketika terjadi kecelakaan, termasuk 3.000 orang yang berusia 0-14 tahun. Selama perawatan mereka yang kena kanker, di Belarusia meninggal delapan anak dan di Rusia seorang anak. Yang lainnya selamat.
Secara rinci, penyakit-penyakit yang ditimbulkan dari kecelakaan Chernobyl meliputi :
·         Sindroma sumsum tulang.
·         Kerusakan kulit.
·         Sindroma usus.
·         Reaksi mulut dan faring.
·         Reaksi paru-paru.
·         Kerusakan mata.
Berdasarkan laporan “Chernobyl Lecacy”, sebagian besar daerah pemukiman yang semula mendapat kontaminasi zat radioaktif karena kecelakaan PLTN Chernobyl telah kembali ke tingkat radiasi latar, seperti sebelum terjadi kecelakaan. Dampak psikologis adalah yang paling dahsyat, terutama trauma bagi mereka yang mengalaminya seperti stres, depresi, dan gejala lainnya yang secara medis sulit dijelaskan.
Akibat kecelakaan itu, IAEA dan semua negara yang memiliki PLTN membangun konsensus internasional untuk selalu menggalang dan memutakhirkan standar keselamatan. Di sisi lain, pihak yang anti-PLTN telah menggunakan isu kecelakaan di Chernobyl sebagai bahan kampanye untuk menolak kehadiran PLTN, termasuk di Indonesia.


Pengendapan dan Umur Batuan



Pengendapan Batuan
Sebelum menjadi batuan sedimen, awalnya terjadi proses pengendapan yang kemudian akan mengalami suatu proses litifikasi membentuk batuan beku. Berikut beberapa cara pengendapannya :
1.     Pengendapan secara mekanik
Batuan sedimen hasil dari pembentukan secara mekanik dapat dibagi berdasarkan ukuran butir. Batuan ini terbentuk oleh batuan yang telah ada terlebih dahulu yang mengalami pelapukan, hancur lalu dibawa oleh air, angin, atau ombak dan diendapkan di tempat lain yang lebih rendah. Setelah itu mengalami proses diagenesis menjadi batuan yang kompak. Pengendapan dapat terjadi di mana-mana, baik di daratan (tepi rawa, danau), pantai, dan di bawah permukaan laut.
2.     Pengendapan secara kimiawi
Pembentukan endapan ini karena proses penguapan pada larutan, sehingga menjadi jenuh dan yang tertinggal hanya kandungan garam. Biasanya endapan ini tersusun dari kristal-kristal garam, misalnya garam dapur, gips, dan sebagainya. Tidak ditemukan fosil (bekas hewan atau tumbuhan) karena terbentuk pada air yang mempunyai konsentrasi tinggi sehingga tidak ada kehidupan.
3.     Pengendapan secara biologis (organik)
Batuan sedimen yang terbentuk oleh adanya organisme, baik berupa binatang ataupun tumbuhan.

Umur Batuan
Umur absolut dinyatakan dalam tahun atau juta tahun, sedang umur relatif adalah penempatan suatu stratigrafi relatif terhap zaman-zaman geologi yang didasarkan pada fosil-fosil tertentu tanpa ditentukan batas-batasnya secara geokronologi yang dinyatakan dalam skala waktu/satuan waktu dalam tahun. Namun sekarang metode penentuan umur dapat dilakukan berdasarkan radiometrik, dimana batas-batas zaman/periode geologi sekarang ditentukan secara akurat radimetrik dan dinyatakan dalam jutaan tahun. Metode-metode penentuan umur geologi yang sekarang dipakai adalah Metode penentuan secara relatif (dengan fosil/stratigrafi) dan Metode penentuan secara radiometric (absolut) 

1.     Penentuan umur batuan secara relatif : 
Penentuan umur relatif batuan pada 2 lapisan yang berbeda dalam 1 penampang dapat ditentukan dengan melihat lapisan yang terlebih dahulu diendapkan, yang terendapkan pertama lebih tua umurnya daripada yang terendapkan kemudian. Proses ini berlangsung terus sampai semua lapisan tersusun dalam suatu skala umur relatif yang memperlihatkan urutan kejadiannya. 
Setiap lapisan memperlihatkan sejarah geologi dari bumi kita. Proses sedimentasi misalnya merupakan suatu bagian dari proses pengendapan. Granit ataupun batuan beku lainnya merupakan gambaran adanya intrusi batuan beku pada kerak bumi. Batuan beku ekstrusif menunjukkan suatu kejadian vulkanisme. Batuan metamorf merupakan akibat terjadinya kenaikan suhu dan tekanan di dalam bumi, yang berasal dari aktivitas tektonik atau instrusi dari gunung berapi. Suatu proses geologi merupakan suatu kejadian alam yang didalamnya termasuk pengendapan deformasi dan instrusi. Umur relatif dari berbagai macam lapisan dapat dipecahkan dengan tiga konsep yang mendasar : 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnE8BISn3Ruhea-FrWYaq6uB1YHVReEssPD3wtu3fKUTsRczcZFAI2xL1a2QQ2qoK2PeDXFYeITlv_d5VErGHOqEnreX_6PR05gLDTiz9Qi_byDEr0oR9OMpKMvi6QdIAruPjncIZzg4c/s320/umur+batuan.jpg
a.      Prinsip superposisi 
Dalam keadaan normal (belum mengalami gangguan), dalam suatu urutan batuan yang diendapkan maka lapisan yang berada paling bawah umurnya paling tua. 
b.     Hukum cross cutting relation (memotong/diterobos) 
Batuan yang memotong batuan yang lain berarti lebih muda. Misal antara batuan beku dengan batuan endapan atau antar batuan Beku. Lapisan batuan endapan A dipotong (diterobos) oleh batuan beku B dan batuan beku B diterobos oleh batuan beku C, sehingga urutannya A, B, C. 
c.      Cara dengan hasil fosil 
Cara ini biasanya pada batuan endapan. Fosil adalah sisa – sisa binatang atau tumbuhan purba yang sudah membatu. Dasar pemikirannya: evolusi. Pada endapan yang terletak dibawah mempunyai fosil yang berbeda dengan endapan yang terletak di atas. Dari fosil – fosil ersebut dapat diketahui evolusi dari binatang maupun tumbuhan. Banyak binatang/tumbuhan yang baru muncul. Dengan mengetahui evolusi binatang / tumbuhan tersebut dapat diketahui endapan yang tua dan yang lebih muda. Tetapi umur yang didapat hanyalah umur kisaran (nisbi). 
2. Metode penentuan secara radiometric (absolut) 
Percobaan – percobaan untuk menentukan umur batuan batuan secara absolut : 
a.      Herodotus ( 450 SM ) 
Herodotus (450 th sebelum Masehi) menulis bahwa patung Rameles II di Memphis (lembah Sungai Nil) Umurnya lebih dari 3000 Tahun. Patung tersebut sekarang tertimbun ± 10 cm diperlukan satu abad. 
Proses pengendapan = kecepatan pengendapan. Tetapi akan sulit dan tidak tepat kalau hal tersebut dipergunakan untuk menentukan menentukan umur karena faktor – faktor kecepatan pengendapan disetiap tempat tidak sama, demikian pula faktor waktu terjadinya sekarang dan dahulu tidak sama. 
b.     Menghitung kadar garam 
Dianggap bahwa semua garam yang ada dilautan berasal dari daratan yang diangkut melalui sungai - sungai ke laut. Hal ini juga kurang cocok disebabkan karena : 
- Pengangkutan selama waktu geologi telah mengalami berbagai perubahan yang besar. 
- Sebagai NaCl telah terikat dalam endapan – endapan yang terbentuk. 
c.      Menghitung proses erosi 
Misalnya yang dilakukan di air terjun Niagara, dimana setiap tahun batuannya terkikis oleh air sehinga letak air terjun makin ke arah hulu. Hal ini juga tidak dapat diberlakukan secara umum karena tidak selalu sama pengikisan batuan tersebut pada waktu yang sama. Juga batuan yang beraneka, besar penggikisan tidak sama. Batuan keras mestinya lebih tahan dibandingkan dengan batuan yang lunak. 
d.     Cara radioaktif. 
Asas keradioaktifan, bahwa beberapa unsur tertentu mengalami pemisahan sehingga yang mempunyai berat atom tinggi berubah ke yang mempunyai berat atom kecil dan akhirnya menjadi unsur yang mantap (misalnya timbal). Waktu yang diperlukan dari unsur – unsur radioaktif dapat diketahui sehingga dapat menghitung berdasarkan unsur yang sekarang ada dapat menentukan kapan terbentuknya (menentukan waktu umur mutlak).
Penentuan umur dengan radiometri memberikan keuntungan kita dapat menafsirkan umur suatu contoh batuan. Radiometri memberikan keterangan dalam jutaan tahun. Penentuan umur dengan cara radiometri adalah mengamati peluruhan atom-atom yang ada pada suatu batuan. Contohnya isotop dengan nomor atom yang lebih besar, seperti mineral-mineral yang ada pada batuan beku. Suatu atom lama-kelamaan akan mempengaruhi peluruhan atau pengurangan, tapi peluruhan radioaktif adalah reaksi dimana jumlah atom yang terurai dalam suatu waktu t adalah setara atau proporsional dengan jumlah yang ada. Perbandingan ini digunakan untuk menentukan umur batuan. 
Pada saat atom mengalami peluruhan waktunya tidak dapat diperkirakan tapi pada nomor atom yang lebih besar hal itu mungkin dilakukan dengan perbandingan waktu peluruhan yang dibutuhkan. Radioaktifitas proses statistik yang mengikuti hukum probabilitas, mirip dengan melempar uang logam. Suatu isotop mempunyai sifat yang khas yaitu waktu paruh, ia akan memberikan gambaran statistik dari waktu yang diperlukan untuk peluruhannya. Waktu paruh didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk terurainya setengah dari atom yang semula ada. Perbandingan ini digunakan untuk menentukan umur batuan.


Makalah Eksogen



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW karna berkat rahmat serta hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Proses Eksogen”.
Makalah ini merupakan tugas Fisika Batuan yang dibawakan oleh Dosen Ibu Rahma Hi Manrulu S.Si, M.Sc. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang memberi bantuan, dorongan, dan arahan kepada penyusun. Ucapan terimakasih tersebutkami sampaikan kepada Dosen Universitas Cokroaminoto Palopo serta teman-teman dari Fisika Sains Universitas Cokroaminoto Palopo.
Dalam makalah ini kami menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.









                                                                                                            Palopo, 07 Mei 2015


                                                                                                            Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kita ketahui bahwa manusia tinggal di lingkungan yang beragam. Sebagian dari mereka tinggal di pegunungan dan sebagian lainnya tinggal di pantai yang datar atau di wilayah perbukitan. Keragaman tersebut memengaruhi kehidupan manusia. Manusia yang tinggal di pegunungan memiliki corak kehidupan yang berbeda dengan mereka yang tinggal di pantai. Demikian pula dengan orang yang tinggal di perbukitan dan lembah sungai. Masing-masing menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya.
Menurut para ahli, keragaman bentuk permukaan bumi ini disebabkan oleh dua kekuatan, yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen.  Tenaga Endogen adalah tenaga pengubah muka bumi yang berasal dari dalam bumi, sedangkan Tenaga Eksogen  adalah tenaga pengubah muka bumi yang berasal dari luar  bumi. Tenaga endogen bersumber dari magma yang bersifat membangun (konstruktif). Tenaga ini meliputi tektonisme, vulkanisme dan gempa bumi. Tenaga eksogen merupakan tenaga yang bersifat merusak kulit bumi. Factor-faktor yang berpengaruh terhadap tenaga eksogen ini meliputi air, angin, makhluk hidup, sinar matahari, dan gletser. Kedua tenaga ini menghasilkan rupa muka bumi yang beraneka ragam bentuknya baik di daratan maupun dasar laut.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pembentukan muka bumi dari proses eksogen?
2.      Bagaimana proses eksogen?
3.      Dampak dari eksogen?
1.3  Tujuan Penulisan
1.       Untuk mengetahui pembentukan muka bumi dari proses eksogen.
2.      Untuk mengetahui proses eksogen.
3.      Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari proses eksogen.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Proses Pembentukan Muka Bumi
Permukaan bumi terdiri atas berbagai bentuk dari yang datar, bergelombang atau berbukit sampai bergunung. Keragaman tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui berbagai proses dan waktu yang sangat lama. Berbagai bentuk tenaga bekerja untuk mengubah muka bumi, baik dari dalam bumi maupun dari luar bumi yang dikenal dengan sebutan tenaga geologi. Tenaga dari dalam bumi mengubah bentuk muka bumi sehingga muncul gunung, pegunungan, dan lain-lain. Selanjutnya apa yang telah dilakukan oleh tenaga dari dalam bumi, kemudian dirombak oleh tenaga dari luar bumi oleh air, angin, es, dan organisme sehingga nampaklah keragaman muka bumi seperti yang kita lihat sekarang.
Keragaman bentuk ketampakan alam di permukaan bumi tidak terjadi dengan sendirinya melainkan melalui suaru proses alam yang panjang. Keragaman tersebut terjadi karena adanya tenaga endogen dan eksogen yang ada di bumi.
2.2  Bentuk muka bumi yang dihasilkan oleh tenaga eksogen.
Tenaga eksogen ialah tenaga yang berasal dari luar bumi yang berpengaruh terhadap permukaan bumi. Tenaga eksogen dapat menyebabkan relief permukaan bumi berubah. Proses perubahan muka bumi dapat berlangsung secara mekanis, biologis, maupun secara kimiawi. Tenaga eksogen ini menyebabkan terjadinya pelapukan, erosi, gerak massa batuan, dan sedimentasi yang bersifat merusak bentuk permukaan bumi.
1.      Erosi, proses pelepasan dan pemindahan massa batuan secara alamiah dari suatu tempat ke tempat lain oleh suatu zat pengangkut yang bergerak di permukaan bumi
Menurut kecepatannya :
  1. Erosi geologi : Suatu bentuk erosi dimana proses pengahancuran tanah relatif seimbang dengan proses pembentukannya. Tidak menimbulkan kerusakan alam.
  2. Erosi yang dipercepat : Erosi dimana proses penghancuran tanah lebih cepat dibandingkan proses pembentukannya. Mengakibatkan tanah menjadi tidak subur, sehingga lahan kritis makin meluas
Menurut zat pelarutnya :
  1. Erosi air : Disebabkan oleh air, baik di dalam tanah, permukaan maupun sungai. Dibedakan menjadi :
1)      Erosi percikan : Disebabkan percikan air hujan
2)      Erosi lembar : Terjadi pada lapisan tanah bagian atas, menyebabkan tanah menjadi tidak subur
3)      Erosi alur : Terjadi pada saat air mengalir
4)      Erosi parit : Lereng yang terkena erosi membentuk parit yang cukup dalam
5)      Erosi angin (deflasi) : Disebabkan tenaga angin, biasa terjadi di gurun
6)      Erosi es/glasial : Disebabkan oleh massa es yang bergerak
7)      Erosi air laur (abrasi) : Disebabkan oleh gelombang laut (erosi morena)
Bentuk tanah sebagai akibat erosi :
  1. Cliff : Pantai terjal & berdinding curam sebagai akibat abrasi
  2. Relung : Cekung yang memiliki dinding cliff
  3. Dataran abrasi : Hamparan wilayah daratan akibat abrasi
  4. Ngarai : Lembah yang dalam
  5. Batu jamur : Batu yang disebabkan erosi angin
2.      Sedimentasi yaitu proses pengendapan batuan/tanah yang dilakukan oleh air, angin, dan es.
a.       Sedimentasi fluvial : Proses pengendapan materi yang diangkut oleh air sepanjang aliran sungai. Bentuk lahan hasil sedimentasi fluvial :
1)      Delta : Endapan pasir, lumpur, & kerikil yang terdapat di muara sungai
2)      Bantaran sungai : Daratan yang terdapat di tengah-tengah badan sungai/pada kelokan dalam sungai sebagai hasil endapan
b.      Sedimen eolis (terrestrial) : Di daerah gurun/pantai
c.       Sedimen marin : Proses pengendapan yang dilakukan oleh gelombang laut yang terdapat di sepanjang pantai. Bentukan alam dari sedimen marin :
1)      Beach/bisik : Bentukan deposisional umumnya pada pantai yang landai, terjadi jika swash membawa muatan sedimen
2)      Bar : Gosong pasir di pantai yang arahnya memanjang sebagai hasil pengerjaan arus laut
3)      Tombolo : Gosong pasor yang menghubungkan suatu pulau karang dengan pulau utama
3.      Pelapukan yaitu penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai proses penghancuran massa batuan melalui media penghancuran, berupa Sinar matahari, Air, Gletser, Reaksi kimiawi, Kegiatan makhluk hidup (organisme)
Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu: Pelapukan fisik atau mekanik, Pelapukan organis, Pelapukan kimiawi
  1. Pelapukan fisik dan mekanik
Pelapukan mekanik (fisik) adalah proses pengkikisan dan penghancuran bongkahan batu jadi bongkahan yang lebih kecil, tetapi tidak mengubah unsur kimianya. Proses ini disebabkan oleh sinar matahari, perubahan suhu tiba-tiba, dan pembekuan air pada celah batu.
 Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu:
1)      Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim Gurun di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.
2)      Adanya pembekuan air di dalam batuan
Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batubatuan menjadi rusak atau pecah-pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan hebat.
3)      Berubahnya air garam menjadi kristal.
Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguapdan garam akan mengkristal. Kristal garam garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.
  1. Pelapukan organik
Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga. Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat oleh binatang. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akarakar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.
  1. Pelapukan kimiawi
Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang umumnya berupa pengelupasan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada pegunungan kapur (Karst). Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CACO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Di Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi. Hal ini karena di Indonasia banyak turun hujan. Air hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi.
Batuan yang telah terbentuk melalui berbagai proses akhirnya lama kelamaan akan mengalami proses penghancuran atau pelapukan. Batuan yang berukuran besar akan terpecah menjadi batuan yang berukuran lebih kecil, bahkan sampai menjadi debu. Pelapukan  dapat dibedakan menjadi pelapukan fisika, kimia dan biologik-mekanik.
Pelapukan fisika atau disebut pula desintegrasi adalah proses penghancuran batuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil tanpa mengubah dekomposisi atau susunan kimiawinya. Proses ini bisa terjadi karena penyinaran matahari, perubahan suhu, dan pembekuan air pada celah-celah batuan.
Pelapukan Kimia atau disebut pula dekomposisi adalah proses penghancuran batuan dengan mengubah susunan kimiawi batuan yang terlapukan. Berlangsungnya proses tersebut memelukan. Pelapukan biologik-mekanik atau organik adalah pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup, baik tumbuhan maupun binatang. Akar-akar yang masuk ke dalam tanah memiliki kekuatan yang sangat tinggi, sehingga dapat menghancurkan batuan.
2.3  Dampak  Eksogen
  1. Dampak positif dari eksogen
a.       Batuan dari hasil pembekuan magma akan bermanfaat bagi tumbuhan jika telah dihancurkan oleh tenaga eksogen menjadi partikel-partikel tanah.
b.      Batuan beku terpecah-pecah menjadi batuan yang berukuran lebih kecil sehingga dapat dimanfaat- kan untuk berbagai keperluan terutama bahan bangunan.
c.       Mineral-mineral berharga yang tadinya berada di bawah permukaan tanah lambat laun tersingkap oleh tenaga eksogen sehingga memberi manfaat bagi manusia.
  1. Dampak negatif dari eksogen
a.       Erosi mengakibatkan lapisan tanah yang subur berkurang atau hilang dan akibatnya tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik.
b.      Erosi juga mengakibatkan sedimentasi di daerah yang lebih rendah dan terjadi pendangkalan di daerah danau atau waduk. Akibatnya kemampuan PLTA untuk menghasilkan listrik semakin berkurang.
c.       Selain mengakibatkan pendangkalan, erosi juga menjadikan air sungai dan danau tidak lagi jernih. Akibatnya tidak lagi bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk keperluan minum atau mencuci. Makhluk hidup, khususnya ikan juga akan semakin berkurang jumlahnya.


















BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Permukaan bumi terdiri atas berbagai bentuk dari yang datar, bergelombang atau berbukit sampai bergunung. Keragaman bentuk ketampakan alam di permukaan bumi tidak terjadi dengan sendirinya melainkan melalui suaru proses alam yang panjang. Keragaman tersebut terjadi karena adanya tenaga endogen dan eksogen yang ada di bumi.
Tenaga eksogen ialah tenaga yang berasal dari luar bumi yang berpengaruh terhadap permukaan bumi. Perombakan muka bumi akibat tenaga eksogen dapat disebabkan oleh proses pelapukan, pengikisan, pengendapan, dan pergerakan batuan atau tanah. Proses perombakan atau perubahan muka bumi ini, pengerjaannya dilakukan oleh air, udara, dan es. Tenaga eksogen menimbulkan dampak positif dan negatif.
3.2  Saran
Diharapkan kepada pembaca agar memberi kritik dan saran untuk penulis dari pembuatan makalah ini, agar pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi.




Daftar Pustaka
Waluya, Bagja. 2009. Geografi SMA/MA 1. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Muh. Nurdin, S. W. warsito, Muh. Nursa’ban, 2008, Mari Belajar IPS Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMP/MTs Kelas VII Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Smart Education